ENUMERATOR
(bagian pertama)
23 April-7 Mei 2017
Ini adalah pengalaman saya menjadi enumerator yang kesekian.
Namun pengalaman enumerator ini paling berkesan menurutku.
Aku ikut enumeratornya PSKK, enumerator yang katanya paling sejahtera di Jogja, jadi yang ikut PSKK ini banyak juga yang dari luar UGM seperti dari UII, UNY, UIN. Memang bener, uang yang ditawarkan bagi enumerator “keliatannya” besar.
Aku ikut enumeratornya PSKK, enumerator yang katanya paling sejahtera di Jogja, jadi yang ikut PSKK ini banyak juga yang dari luar UGM seperti dari UII, UNY, UIN. Memang bener, uang yang ditawarkan bagi enumerator “keliatannya” besar.
Sudah daftar, ikutlah aku prosesnya, dimulai dari wawancara
di gedung masri singarimbun, disitu aku udah lihat banyak orang ngantri buat
wawancara. Waktu ngantri itu aku berkenalan dengan seseorang bernama Bowo, nama
panjangnya wahyu nur Prabowo, asli Sleman. Aku sama dia langsung akrab, dia
bercerita banyak tentang latar belakangnya. Jadi dia Geografi angkatan 2009,
wah sudah 7 tahun ternyata dan tahun ini tahun terakhirnya. Dia harus lulus
tahun ini kalo tidak maka akan di DO.
Dia jadi teman akrabku selama proses wawancara hingga
keesokan harinya ketika pelatihan. Pelatihannya di gedung masri Singarimbun, aku
baru tau ternyata bundel wawancaranya tebel juga. Satu buku tipis sekitar 20an halaman.
Proyek Sultan
Jadi apa yang sedang aku lakukan ini adalah proyek kerjasama
antara Kesbangpol DIY dan PSKK (pusat Studi kebijakan dan kependudukan) UGM.
Sementara di belakang Kesbangpol DIY juga ada kepentingan Sultan yang
dititipkan dalam beberapa pertanyaan di penelitian ini. Judul Proyeknya adalah
“pemetaan perubahan sosial dan potensi konflik di DIY”.
Proyek ini bukan yang pertama, tapi sudah pernah dilakukan 2
sampai 3 kali sebelumnya dan menghasilkan output yang memuaskan pemerintah.
Makanya kata pak Heruanto Hadna, kepada PSKK yang ternyata dosen MKP Fisipol
anggaran untuk penelitian ini sama tim audit pemerintah bukannya dikurangi tapi
di tambah.
Belakangan aku sadari keanehannya kenapa ga ngaruh ke Gajih
pekerjanya yaa.
Jumlah enumerator sekaligus supervisor yang diterjunkan
untuk penelitian di 4 kabupaten dan satu kota sekitar 130an orang dengan 28
hari kerja. Kami ditugaskan mewawancara semua dukuh di semua kabupaten di DIY,
Kulonprogo, Bantul, Gunung Kidul, Sleman dan Kota Jogjakarta. Selain itu kami
juga harus mewawancara tokoh masyarakat, tokoh perempuan, Karang taruna, BPD,
LPMD, Bhabinkamtibmas.
Mulailah pembacaan penempatan lokasi oleh ketua proyeknya (mas
Habib). Qadarallah, aku dapet di Gunung Kidul untuk Kecamatan Playen,
Purwosari, Paliyan, Saptosari, Panggang, Purwosari. Totalnya 6 Kecamatan dan
tim kita terdiri dari 7 orang.
Qadarallahnya lagi, rekan satu timku duduknya berderet di
sampingku, duduk di sebelah kananku mas Niam dari UIN angkatan 2010 dan belum
lulus, disebelah kiriku mas saiful dari UIN juga sudah lulus dan menikah.
IZIN
Sebenarnya aku sudah tidak layak buat meneruskan survey ini,
kenapa? Karena di 4 hari awal saja aku sudah izin untuk FLC. Aku udah bilang
ini ke mba Ulfah yang mewawancaraiku di awal, bahwa aku bakal izin di hari awal
karena FLC ga bisa ku tinggal.
Nah kebetulannya mba Ulfah ini adalah senior HMI, pernah
menjadi pengurus di Cabang dan kader HMI Komsat FIB angkatan 2007. Beliau
seangkatan mas Dira dan mas yuri dkk.
Jadi karena pertimbangan satu organisasi, aku bisa di
‘usahakan’ untuk masuk jadi enumerator walaupun aku izin. Di awal mba Ulfah
sempat merekomendasikan aku buat jadi supervisor, karena kerjanya lebih selow.
tapi ternyata pas pengumuman aku tetap jadi enumerator dan bukan aku
supervisornya, . Belakangan aku bersyukur dengan keputusan itu.
0 komentar:
Posting Komentar