Senin, 23 Oktober 2017

PENDADARAN

Foto 1 : Persiapan Sebelum Mulai Pendadaran

Jum’at, 29 September 2017 pukul 13.00 WIB adalah waktu yang tidak akan saya lupakan.
Tanggal dimana aku pendadaran.


Pendadaran adalah Istilah yang digunakan untuk Ujian Skripsi calon Sarjana S1. Dalam sidang tersebut, skripsi akan diuji dihadapan tiga orang dosen yang terdiri dari satu dosen pembimbing dan dua dosen penguji. Istilah ini ternyata beda-beda konsepnya di beberapa universitas, tapi sejauh pemahamanku Pendadaran yang aku tahu adalah Sidang hasil penelitian Skripsi sebagai tugas akhir dari Calon Sarjana.


Dosen pembimbingku adalah Mba Azizah. Dosen penguji pertama ialah, Mas Ashari sebagai penguji substansi, kemudian Mba There sebagai penguji metodelogi. Mba There menggantikan Prof. Purwo Santoso yang harusnya hari itu menguji namun beliau berhalangan hadir, sebuah keberuntungan bagi diriku. Padahal kalau aku diuji oleh Prof Purwo aku menjadi yang ketiga di angkatan 2012.



Foto 2: Bersama Dosen Pembimbing Mba Azizah, S.IP, M.Sc

Pada waktu ujian itu aku baru tahu ternyata dosen penguji itu dipilih oleh dosen pembimbing.  Mas Ashari dipilih karena beliau lulusan Amerika, sehingga matching dengan studi ku terkait think tank. Kedua, mba There dipilih karena beliau satu-satunya yang available untuk diminta dadakan menggantikan Prof. Purwo .


Persiapan sudah aku lakuan sehari sebelum ujian. Presentasi dibatasi oleh Mba Aziz hanya 10 slide, pada kenyataannya slideku berjumlah 12. Untuk mensiasati padatnya substansi aku mengkonsep slide yang penuh animasi dan tidak padat, selama ini aku selalu melihat jenis slide yang padat dan membosankan. Aku mendapatkan nasihat dari Binta untuk membuat slide yang simpel dengan merujuk pada Steve Jobs dan  memang presentasi Steve Jobs itu keren dan sederhana.


Malamnya, Aku sudah mempersiapkan setelan Jas  peninggalan Abah, Alhamdulillah ukurannya pas walaupun kurang pendek karena Abah lebih tinggi daripada aku. Selin itu aku juga mempersiapkan hal-hal kecil yang aku perlukan besok. Aku juga menyebarkan undangan ke beberapa group bagi yang ingin hadir ke sidangku. Aku tidak terlalu berhadap mereka datang, yang penting aku sangat suka kalau ada yang mau mengambil materi skripsiku untuk pengetahuan.


Besok siang sekitar jam 10.00 aku sudah siap dengan setelan Jas ku, aku keluar rumah kemudian pamitan ke Pak Yusuf, pamitan juga ke Ibu Utoro tetangga rumah. Aku berangkat menggunakan Gojek dan berangkat sebelum jum’atan pukul 11.00 WI. Aku merencakan Sholat Jum’at di Fisipol UGM.

Lokasi ujianku terletak di gedung fisipol lantai lantai 4. Di atas ternyata sudah ada Hafiz Noer yang menunggu mas gafar dosen pembimbingnya, menyusul kemudian datang Pramita, Suryo Ilham, Tefy, Irwan dan Hikari.  Mereka lah yang menjadi penonton sidang skripsiku. Sisanya telat dan berhalangan hadir. Mereka nanti yang membantu aku mempersiapkan ruangan dan menjadi penonton sidangku, bahkan Mita menyiarkan sidang skripsiku live di IG.

Aku mulai sidang pukul 13.15 WIB. Begitu dosen pembimbing dan penguji masuk, aku melihat draft skripsiku udah di corat-coret dan ada tanda-tanda lipatan. Artinya skripsiku sudah dibaca dan dikritisi.

Setelah Mba Mba Azizah masuk ruangan, suasana sudah tenang dan kemudian Beliau mempersilahkan aku untuk memulai presentasi dengan estimasi waktu 15-20 Menit. Kemudian aku memulai presentasi.

Presentasiku menghabiskan waktu 15 menit lebih. Setelah itu dimulailah sesi tanggapan oleh kedua orang dosen penguji. Diawali oleh tanggapan dari mas Ashari, beliau adalah alumni dari University of Delaware, beliau juga penerima beasiswa Fullbright dan Prestasi-USAID. Ia juga mengenal Andrew Rich, ilmuan politik dan ahli Think Tank yang desertasinya saya jadikan rujukan. Oh iya, Ia juga pernah menulis tentang think tank di On Think Tank (OTT) itu semacam komunitas pengamat dan Website yang khusus membahas soal think tank. Nah dalam skripsiku beberapa artikel di OTT aku jadikan rujukan. Jadi beliau memiliki kompetensi dalam studi penelitianku.


Aku banyak dapet masukan dari mas Ashari, terlebih soal policy making process di zaman Soeharto. Aku direkomendasikan  membaca desertasinya Rizal Malarangeng yang diterbitkan di Indonesia tahun 2004 oleh KPG judulnya, “Mendobrak Sentralisme Ekonomi: Indonesia 1986-1992” .Buku yang aku temukan di perpustakaan Filsafat. Buku itu menyatakan bahwa walaupun pemerintahan Soeharto itu Otoriter namun tidak monolitik, ia masih membuka pintu kesempatan kepada pihak-pihak lain yang disebut sebagai kelompok-kelompok epistemik untuk turut berkontribusi dalam proses perumusan kebijakan. Soeharto membiarkan mereka berdebat kemudian akan memilih pendapat yang terbaik untuk diadopsi menjadi keputusan.


Beliau menyorotiku di bab 4 dimana aku tidak konsisten dalam metode kualitatif, karena aku menggunakan rumus-rumus hasil kreasiku sendiri yang cenderung Kuantitatif. Sebenarnya rumus-rumus itu adalah hasil daya imajinasiku berdasarkan pembacaan terhadap konsep "Exercising Power" dari Teori Tiga Dimensi Kekuasaan Steven Lukes (1973). Sesuatu yang aku tertawakan kemudian bahwa ternyata hasil kreasiku ini lebih ke arah sok tahu.


Kedua, aku mendapat masukan dari Mba There yang menyoroti metode pengambilan data yang menggunakan metode wawancara sebagai sumber primer. Melihat tanggal waktu wawancara dan ujian seharusnya sumber literatur itu menjadi dicantumkan sebagai sumberprimer sementara wawancara menjadi sumber sekunder karena hanya mengkonfirmasi. Mba There juga menyoroti BAB 4 yang bermasalah karena aku bikin rumus-rumus sendiri. Selain itu, Mba There juga mengusulkan agar aku mengganti quotasi di BAB 2 dan 3 karena menurutnya tidak nyambung dengan isi. 


Sebagai dosen pembimbing, Mba Azizah ternyata bertindak sebagai moderator dan mencatat semua masukan. Bahkan sesekali beliau membelaku. Catatan beliau selama ujian yang menjadi rujukanku kemudian dalam menyelesaikan revisi.


Ujianku selesai sekitar pukul 14.45 artinya dua jam lebih aku ujian. Selesai sidang aku tidak diminta keluar seperti yang sudah-sudah hanya penonton yang diminta keluar, kemudian nilainya langsung diumumkan di dalam ruangan ujian. Alhamdulillah nilai sementaraku “A”, namun ada kewajiban revisi yang harus segera aku selesaikan. 

Foto 3: Bersama Punggawa HMI Komisariat Fisipol dari Kiri ke kanan : Suryo Ilham, Irwan Harjanto, Galih Kartika (ketum Komsat 2017-2018), Pinto B.P. (ketum Komsat 2016-2017), Hikari Ersada, Hafiz Noer

Aku menyelesaikan revisi hari selasa. Jum'at aku sidang, hari Sabtu dan Minggunya aku santai-santai. Jadi sebenarnya aku menyelesaikan revisi itu sekitar dua hari. Setidaknya Aku membutuhkan waktu untuk membaca buku yang direkomendasikan oleh mas Ashari. Kewajiban revisiku sebenarnya hanya mereorganisasi struktur BAB 3 dan 4. Alhamdulillaah setelah revisi aku merasa bahwa skripsiku sudah lebih baik, dan aku lebih nyaman membacanya.


So, akhirnya revisiku sudah di ACC oleh Mba Aziz seminggu kemudian.

Foto 4: Bersama Srikandi-Srikandi JPP dari kiri ke kanan: Tefynofadila, Dilla Novita Rizki, Pramita N. Damayanti, Dia ayuningtyas, Oktiviani Primardianti

Singkat cerita akhirnya aku terdaftar wisuda untuk tanggal 22 November 2017. Proses pendaftaran wisudaku sangat terbantu oleh kebaikan dari Pramita Novia Damayanti, karena aku harus ke pare sejak tanggal  7 Oktober sampai 15 November. Nah ini akan aku ceritakan di tempat yang lain.

Terimakasih sudah membaca J




Pare, Kediri,

Senin,  23 Oktober 2017




Jumat, 12 Mei 2017

Menjadi Seorang enumerator

Menjadi Seorang enumerator
(bagian kedua)

Aku datang di hari ke-5 siang-siang di basecamp kami di Gading 1 Kecamatan Playen. Saat itu wilayah yang kami garap masih Playen. Mulailah aku berkenalan dengan mas anas alumni FKH angkatan 2009 tapi belum coas, asal dari Palembang. Keasikan Survey jadi belum nerusin coas.

Aku menyesuaikan diri dan langsung bisa bekerja sore ini, Alhamdulillah dapat dua responden hari itu. Kemudian abis maghrib kami balik. Aku bentar aja karena baru pengenalan wilayah.
Aku berkenalan dengan mas Eko alumni UNY angkatan 2010, tapi belum dapet pekerjaan. Selain itu ada mba Bekti, alumni UNY juga, termasuk enumerator senior. Terakhir mba Kholish asalnya dari Kebumen, pengantin baru tapi sudah meninggalkan rumahnya buat jadi enumerator.

Mas anas, Eko, Niam, mba Bekti mereka adalah enumerator senior. Mas Eko, mas Anas dan Mba Bekti pernah ikut mbahnya survey namanya PSKP (penelitian standar kesehatan dan pendidikan) yang disebar di berbagai wilayah selama 3 bulan. Pelatihannya dua hari di hotel dan ada tanda tangan kontrak, jadi bagi yang mengundurkan diri harus mengganti biaya yang sudah dikeluarkan lembaga. Pendanaan proyek tersebut dari World Bank. Nah si Ucup waktu itu ikut ini sampe dia ninggalin sekolah tjokro.

Aku mendengarkan cerita PSKP itu bagaimana saja sudah bergidik. Aku diceritakan kuesioner yang harus diisi itu bentuknya sudah seperti buku ada berbagai jenis, dan sekali wawancara bisa lebih dari sejam tergantung data yang mau dicari. Ada lagi sampling dan lain-lain yang itu dengernya aja ribet.
Ternyata begini ya dunia survey. Tidak seindah keliatannya, ketika kita sudah masuk ke dalamnya terasa bahwa ini dunia yang sebenarnya menyedihkan. Memang uangnya terlihat besar dan dapetinnya gampang. Tapi kalo aku hitung-hitung dari biaya non materi seperti waktu dan tenaga yang dikeluarkan itu ga sebanding loh. Memang siapa yang mau seterusnya jadi enumerator. Ditambah kerjaan seperti ini bukan passionku.

Aku melihat ternyata orang-orang yang ikut survey ini adalah mereka yang belum keterima kerjaan yang layak bagi mereka. Daripada nganggur mendingan ikut survey, lumayan cukup menghasilkan. Bagi lembaga enak aja netapin harga enum, bagi yang tidak berkenan yasudah, tinggal cari yang lain, apalagi mahasiswa tingkat akhir dan pengangguran pasti mau-mau aja asal dapet kerjaan.

Survey potensi konflik kemarin per diemnya itu 150 ribu, uang bensin 20 ribu itu perminggu (kalo ini ga layak sih). Makan pagi dan malam sudah di tanggung, plus uang untuk basecamp juga sudah ditanggung. Aku baru dateng dua hari sudah di berikan 1.500.000 untuk tanggal 23 April sampai 4 Mei 2017.

Aku memperhatikan teman-teman setimku, yap mereka adalah orang-orang yang butuh pekerjaan, dan rata-rata semua enumerator, mereka adalah pengangguran.  Karena sebenarnya enumerator seperti ini ga cocok diikutin oleh mereka yang sedang aktif di organisasi atau sedang mengerjakan skripsi karena benar-benar harus meninggalkan pekerjaannya.


Naik turun Gunung Kidul
Kecamatan Playen, Desa Banyuseco

Dimulailah petualanganku mengenal daerah di gunung Kidul, tempat terjauh aku jalani di hari kedua yaitu dusun Srikoyo di Desa Bleberan. Itu kami jalan di konblok dan disebalah kiri jalannya kandang sapi. Jalan-jalan didalem dusunnya masih ada yang cuman ditimbun batu-batuan kapur.
Kemudian darisana aku menyusuri jalan menuju desa Banyusoco. Nah ini desa berkesan, karena baru pertama aku masuk ke desa yang sejauh ini. bayangkan sebelum sampai ke balai desanya kita harus melewati dua kali komplek hutan. Sampai di Balai kota yang lumayan terpencil, aku lihat ada spanduk “bunuh diri bukan solusi” dan ada tambahan ayat-ayat al-qur’an seperti “bunuh diri berarti menggantung dirimu di neraka” aku menduga di wilayah sini banyak penduduk yang bunuh diri.
Jadi desa Banyuseco itu ditengah hutan, dan merupakan desa paling jauh di Kecamatan playen berbatasan dengan Imogiri Bantul. Aku bertugas mewawancara 4 responden hari itu disana. Seingatku Dusun kepek 2 dan dusun Klepu. Nah dusun Kelpu ini yang paling jauh, melewati hutan lagi dan naik ke atas bukit buat sampai ke rumah pak dukuhnya. Setelah wawancara kesana kemari, waktu bergulir sampai sore.
Aku baru bisa ketemu dukuh Klepu setelah isya beliau adalah responden terakhir yang aku wawancarai untuk desa Banyuseco dan Kecamatan Playen, jadi aku bela-belain sampe jam 21.00 di rumahnya. MasyaAllah istrinya masih cantik, yaa tante-tante 30an tahun lah dan pak dukuhnya sudah bapak usia 54 tahun, jadi bedanya jauh. Jadi dulu Waktu nikah istrinya masih 17 tahun dan suaminya udah 28 tahun.
Sempet disuruh nginep tapi aku terus paksain pulang malam itu, ngelewatin gelapnya hutan sendirian di motor. Wah bagaikan melewati hutan yang tidak ada habis-habisnya, seberani apapun kita tetep ngebut juga, pengen cepet2 selesai sesi hutannya. Alhamdulillah ada mobil jadi ada temennya di jalan hehe.


Kecamatan Wonosari
Desa Selang, Desa Baleharjo, Desa, Wonosari

Selesai Playen kami pindah ke Kecamatan Wonosari, Basecamp kami juga pindah ke Desa Gari Dusun Gari, rumahnya Mba Bekti. MasyaAllah rumahnya juga masuk ke kebun dulu, tapi pendek sih. Kamar mandinya deketan sama kandang sapid an kalo malam itu gelap. Lantainya juga bertanah-tanah. Rasanya seperti KKN di daerah tertinggal. Tapi memang daerah Gari masih cukup tertinggal sih menurutku. Dan di daerah Gari sini banyak kejadian bunuh diri.

Gunung kidul adalah daerah dengan tingkat bunuh diri tertinggi secara nasional loh.
Di basecam gari kami tidur di ruang tengah, dan ternyata kalo shubuh masyaaAllah dingin bingit, menggigit.  aku juga belum tau masjid dimana, karena gelap kalo kita liat keluar, cuman kedengeran suara adzan aja. Jadi aku sholat di rumah, di hari terakhir baru aku tau lokasi masjid yang ternyata cukup jauh.

Dari pembagian desa, dimana kami minimal menghandle 2 Desa. Aku kebagian desa Selang dan Baleharjo itu desanya deketan. Alhamdulillah aku bisa menyelesaikan Desa Selang dan Baleharjo selama 4 hari. Kemudian aku ditambah desa Wonosari, aku selesaikan dalam waktu dua hari.
Pekerjaan yang cukup melelahkan ternyata. Aku masuk-masuk dusun, bulak balik rumah orang, Tanya sana sini. Aku merasakan dengan fisikku sendiri bahwa mencari uang itu berat. Makanya aku sekarang menghargai sekali setiap rupiah karena dapetinya ternyata susah.

Dan aku juga teringat pernyataan kanda Heri santoso. Bahwa bodoh kalau kita mengejar-ngejar uang, apalagi sampai mengais rejeki (bahasanya itu loh). Orang yang cerdas itu yang uang datang kepadanya. Dan itu adalah tanda-tanda dari orang yang bertakwa. Dimana rejeki datang kepadanya dari arah yang tidak diduga-duga.

Mulailah perasaan bahwa ini bukan tempatku terus membuncah. Aku merasa aku salah ikut ini. Aku mulai berdoa sama Allah SWT minta petunjuk. Aku telfon umi tapi baru ngasih tau kalo aku ikut proyek survey di gunung Kidul.

Oh iya sekitar dua kali aku bulak balik jogja Gunung Kidul, terutama pas aksi 2 Mei aku balik ke Jogja,sama sebelumnya aku juga balik.

Aku sudah merasa cukup lelah dan tidak sebanding dengan pengeluaranku. Yang paling memberatkanku adalah skripsiku. Aku kepikiran terus skripsiku selama di perjalanan. Bagaimana aku bisa mengincar ujian Juni kalau aku masih disini.

akhirnya pada hari sabtu dini hari di basecamp aku sholat tahajud, mohon petunjuk. Ketika adzan shubuh aku sholat di masjid berjama’ah. Kemudian abis shubuh aku menelpon kedua orang tuaku. Terutama umi aku menceritakan keberatanku. Aku bilang uang sejuta udah aku transfer ke Norma.
Tapi aku mau mengundurkan diri dari proyek survey ini, aku ga bisa ada disini terus, skripsiku pasti terbengkalai. Aku hampir menitikkan air mata waktu cerita ke Umi. Pokoknya kalo nelpon umi jadi mellow deh. Suara umi juga sih suka bikin sedih. Aku bilang aja aku ga punya waktu tapi aku juga butuh uang baut hidup.

Umi bilang prioritasin skripsi, uang gampang nanti umi cari. Yang penting skripsi diselesaikan dulu. Akhirnya aku ambil keputusan.


I’M OUT

Pagi harinya waktu semua tim udah pada bangun, aku berfikir terus sambil tiduran gimana solusinya agar aku bisa keluar tapi caranya tetap elegan. Terus waktu mas Anas duduk di teras buat ngerokok, langsung aku samperin.  aku ngobrol empat mata sama mas anas di teras, “mas aku mau ngomong, aku mau mengundurkan diri dari survey ini” , mas Anas Shock tapi akhirnya bisa aku jelasin soal skripsi dan waktu ga lama akhirnya dia bisa mengerti. Soal skripsi memang ga bisa disambi sama proyek kaya gini katanya.

Kebetulan semua lagi ngumpul di ruang tengah. Mas anas samaku langsung masuk untuk ngomong ke temen-temen semua keadaannya. Mas anas langsung memulai, “temen-temen ini faizal mau ngomong ke kita, dia mau mengundurkan diri”.

Kemudian Aku ceritakan kalau aku terkendala skripsi di survey ini, berat bagiku untuk tetap ada disini, karena aku sudah mengorbankan waktu banyak disini.  Aku udah coba sambil mengerjakan skripsi di waktu senggang tapi ga bisa, susah banget, fisikku terlalu lelah ketika malam. Aku sudah menyelesaikan semua kewajibanku dari tanggal 23 sampai 4 Mei,( waktu aku mengundurkan diri itu tanggal 6 Mei).  Aku sudah melunasi kewajiban atas hak 1.5 juta ku. Tapi yang menjadi fikiranku adalah ketika aku mundur beban kerja teman-teman setimku jadi bertambah, maka aku usulkan honorku di bagi-bagi saja ke mereka.

Mulailah terjadi diskusi disana, mas niam ga masalah dengan keputusanku tapi dia ga mau mengerjakan sisa pekerjaanku nanti di kecamatan selanjutnya. Mas ipul juga bilang ga masalah atas keputusanku dia bilang kita ga ada permasahan pribadi dengan ku, tapi yang diungkit mas ipul adalah perihal honor dan perhatian terhadap tim kami di gunung kidul yang sangat minim. mas Eko bilang keputusanku untuk lebih mengutamakan skripsi adalah keputusan yang tepat. Mas eko juga bilang ini menjadi pelajaran bagi PSKK karena kan ga ada hitam di atas putih, jadi setiap orang bisa keluar masuk bebas.  Dari mereka ada kesamaan keluhan soal honor yang telat dan sedikit dibandingkan pengorbanan kita, bahkan mas ipul bilang kerja kami sebenarnya semi kerja sosial.

Akhirnya kami berdiskusi dan sudah bisa saling memahami  kondisi dan permasalahan masing-masing. Mas anas juga banyak dituntut oleh anggota tim untuk proaktif berkomunikasi dengan PSKK dan menggalang “pemberontakan”kepada PSKK agar honor bisa segera cair.


Akhirnya aku bisa menyelesaikan urusanku dengan mereka. Siangnya aku bisa berkemas-kemas dan pulang ke Jogja dengan selamat. Alhamdulillah, la haula wala quwwata illa billah..

ENUMERATOR

ENUMERATOR
(bagian pertama)

23 April-7 Mei 2017


Ini adalah pengalaman saya menjadi enumerator yang kesekian. Namun pengalaman enumerator ini paling berkesan menurutku.

Aku ikut enumeratornya PSKK, enumerator yang katanya paling sejahtera di Jogja, jadi yang ikut PSKK ini banyak juga yang dari luar UGM seperti dari UII, UNY, UIN.  Memang bener, uang yang ditawarkan bagi enumerator “keliatannya” besar.

Sudah daftar, ikutlah aku prosesnya, dimulai dari wawancara di gedung masri singarimbun, disitu aku udah lihat banyak orang ngantri buat wawancara. Waktu ngantri itu aku berkenalan dengan seseorang bernama Bowo, nama panjangnya wahyu nur Prabowo, asli Sleman. Aku sama dia langsung akrab, dia bercerita banyak tentang latar belakangnya. Jadi dia Geografi angkatan 2009, wah sudah 7 tahun ternyata dan tahun ini tahun terakhirnya. Dia harus lulus tahun ini kalo tidak maka akan di DO.
Dia jadi teman akrabku selama proses wawancara hingga keesokan harinya ketika pelatihan. Pelatihannya di gedung masri Singarimbun, aku baru tau ternyata bundel wawancaranya tebel juga.  Satu buku tipis sekitar 20an halaman.

Proyek Sultan

Jadi apa yang sedang aku lakukan ini adalah proyek kerjasama antara Kesbangpol DIY dan PSKK (pusat Studi kebijakan dan kependudukan) UGM. Sementara di belakang Kesbangpol DIY juga ada kepentingan Sultan yang dititipkan dalam beberapa pertanyaan di penelitian ini. Judul Proyeknya adalah “pemetaan perubahan sosial dan potensi konflik di DIY”.

Proyek ini bukan yang pertama, tapi sudah pernah dilakukan 2 sampai 3 kali sebelumnya dan menghasilkan output yang memuaskan pemerintah. Makanya kata pak Heruanto Hadna, kepada PSKK yang ternyata dosen MKP Fisipol anggaran untuk penelitian ini sama tim audit pemerintah bukannya dikurangi tapi di tambah.

Belakangan aku sadari keanehannya kenapa ga ngaruh ke Gajih pekerjanya yaa.
Jumlah enumerator sekaligus supervisor yang diterjunkan untuk penelitian di 4 kabupaten dan satu kota sekitar 130an orang dengan 28 hari kerja. Kami ditugaskan mewawancara semua dukuh di semua kabupaten di DIY, Kulonprogo, Bantul, Gunung Kidul, Sleman dan Kota Jogjakarta. Selain itu kami juga harus mewawancara tokoh masyarakat, tokoh perempuan, Karang taruna, BPD, LPMD, Bhabinkamtibmas.

Mulailah pembacaan penempatan lokasi oleh ketua proyeknya (mas Habib). Qadarallah, aku dapet di Gunung Kidul untuk Kecamatan Playen, Purwosari, Paliyan, Saptosari, Panggang, Purwosari. Totalnya 6 Kecamatan dan tim kita terdiri dari 7 orang.

Qadarallahnya lagi, rekan satu timku duduknya berderet di sampingku, duduk di sebelah kananku mas Niam dari UIN angkatan 2010 dan belum lulus, disebelah kiriku mas saiful dari UIN juga sudah lulus dan menikah.


IZIN

Sebenarnya aku sudah tidak layak buat meneruskan survey ini, kenapa? Karena di 4 hari awal saja aku sudah izin untuk FLC. Aku udah bilang ini ke mba Ulfah yang mewawancaraiku di awal, bahwa aku bakal izin di hari awal karena FLC ga bisa ku tinggal.

Nah kebetulannya mba Ulfah ini adalah senior HMI, pernah menjadi pengurus di Cabang dan kader HMI Komsat FIB angkatan 2007. Beliau seangkatan mas Dira dan mas yuri dkk.

Jadi karena pertimbangan satu organisasi, aku bisa di ‘usahakan’ untuk masuk jadi enumerator walaupun aku izin. Di awal mba Ulfah sempat merekomendasikan aku buat jadi supervisor, karena kerjanya lebih selow. tapi ternyata pas pengumuman aku tetap jadi enumerator dan bukan aku supervisornya, . Belakangan aku bersyukur dengan keputusan itu.


Selasa, 24 Januari 2017

Biografi Muhammad Hatta: Untuk Negeriku



Aku baru saja menamatkan tiga jilid buku autobiografi Muhammad Hatta: Untuk Negeriku. Terdiri dari tiga jilid buku: Buku pertama berjudul Bukittinggi-Rotterdam lewat Betawi. Kedua, Berjuang Kemudian Dibuang. Ketiga, Menuju Gerbang Kemerdekaan. Ketiga jilid tersebut aku tamatkan dalam waktu total empat hari.

 Aku mendapatkan Buku Autobiografi Muhammad Hatta di cuci gudang Kompas Gramedia namanya kumur-kumur, singkatan dari buku murah. Datang pagi-pagi jam 8.45 WIB bareng Pramita. Begitu sampai di lokasi ternyata sudah antri puluhan orang di pintu masuk Aula Bentara Budaya. Hari kami datang adalah hari pertama perpanjangan kumur-kumur. Pada pukul 9.00 WIB pintu Bentara Budaya dibuka dan semua orang berebut masuk ke dalam.

 Dalam suasana yang hiruk pikuk tersebut, orang-orang kalap,mengambil apa saja yang bisa di ambil. Tentu saja yang paling mengesalkan adalah para penjual buku yang mengambil satu judul buku lebih dari lima eksemplar. Kemudian oleh pihak Kompas setiap orang dibatasi hanya boleh mengambil dua judul buku yang sama. Di pojok kiri dari pintu masuk ada booth diskon 50% , untung Mita bergerak kesana dan langsung mengambil buku biograf Muhammad Hatta. Buku itu harga aslinya 150 ribuan, setelah diskon 50& jadi kita bayar 70 ribuan, lumayan banget untuk buku 3 jilid dan lumayan tebal.

 Aku bilang sama Mita, “keren dapet dimana?, yaudah langsung kita ambil aja!”.

  Akhirnya biografi Muhammad Hatta itu dan buku-buku yang lain gabungan sama punya Mita juga totalnya kita beli 15-20 buku seingatku. Memang Jogjakarta adalah surga bagi para pencinta Buku.


 *** 

Buku biografi Muhammad Hatta tidak langsung aku baca. Sempat beberapa minggu tidak tersentuh di lemariku. Sampai suatu ketika hatiku terpetik untuk membacanya sekitar lima hari yang lalu. Mulailah aku membaca Jilid pertama.

 Di Buku ini Hatta bercerita tentang latar belakang keluarganya, dan pendidikannya di Bukittinggi hingga ke Kota Padang. Kemudian merantau ke Batavia hingga menjadi termasuk murid yang terbaik hingga bisa melanjutkan studinya ke Rotterdam Belanda di sekolah tinggi ekonomi.

 Di buku ini teman-teman akan membaca watak pembelajarnya Muhammad Hatta. Tidak dapat dipungkiri dari nasabnya yang keturunan Ulama besar di Bukittinggi Hatta adalah bibit unggul. Prestasi belajarnya juga merupakan yang terbaik dari yang terbaik untuk pelajar Indonesia pada masa itu. Diceritakan pula bagaimana proses pendidikan dari Bukittinggi ke kota Padang, hingga ia merantau ke Batavia. Berprestasi menjadi murid yang terbaik dari kalangan pribumi hingga akhirnya bisa melanjutkan ke Rotterdam Belanda melanjutkan studi di sekolah Tinggi ekonomi.

 Menurutku yang paling mengandung pelajaran dan prinsip-prinsip hidupnya Bung Hatta ada di buku keduanya. Disitu aku banyak menstabilo dan menempelkan post note untuk halaman yang berisi ide-idenya tentang kepemimpinan, pengkaderan dan pergerakan. Setiap kata-kata di buku kedua ini seperti ada ruhnya, mungkin karena ditulis dengan hati.

 Di buku kedua juga aku merasakan kritik kerasnya Hatta terhadap Soekarno, sangat keras kritiknya. Disinilah aku bisa merasakan bagaimana perbedaan latar belakang pendidikan sangat menentukan prinsip seseorang.

 Buku ketiga bercerita tentang perjuangan Muhammad Hatta hingga mencapai kemerdekaan yang diakui oleh Kerajaan Belanda pada tahun 1949.
 Dalam buku ini digambarkan bagaimana Hatta dalam dwitunggalnya dengan Soekarno. Betapa Hatta adalah pelengkap Soekarno walaupun dalam sejarahnya mereka adalah rival seperti api di dalam sekam. Mereka berseteru secara prinsip dan pilihan politik, namun hal tersebut dikorbankan demi kepentingan bangsa yang lebih besar. Hatta dapat melengkapi peran Soekarno.

 Aku merasakan Dwitunggal Soekarno-Hatta adalah kombinasi kepemimpinan yang sangat pas untuk Indonesia saat itu. Soekarno : Jawa, agitator, pendidikan dalam negeri. Muhammad Hatta: Minangkabau, pengkader, Pendidikan Eropa. Soekarno pemimpin yang bertindak sebagai solidarity maker dan Hatta sebagai pemimpin yang bertipe administrator.
 Kombinasi yang saling melengkapi kebutuhan Indonesia dalam merebut kemerdakaan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

 Ketika Muhammad Hatta memutuskan untuk mengundurkan diri dari kursi wakil presiden, di titik itulah klimaks perpecahan dwitunggal yang akhirnya membawa petaka bagi Soekarno sendiri. Setelah membaca biografinya, kita akan dapat memahami bahwa pilihan Muhammad Hatta tersebut tentu sudah melalui pemikiran yang panjang dan merupakan pilihan terakhir.

 ***

 Kesan

 kesanku yang pertama adalah cara berceritanya Muhammad Hatta yang sangat mendetail. Dia menceritakan perjalanan hidupnya dengan deskripsi jadwal, menu sarapannya hingga kopi yang ia minum. Kemudian bagaimana dia belajar, berlibur dan mengisi waktu luang. Cara berceritanya seperti kita membaca buku hariannya dari hari ke hari, sepertinya memang Muhammad Hatta menulis perjalanan hidupnya dalam buku harian.

 Kedua yang menarik adalah, Muhammad Hatta menceritakan perjalanan hidupnya dengan hikmah dan pelajaran di baliknya. Sehingga terasa nilai-nilai yang menjadi prinsip hidupnya. Setiap tindakan yang dia pilih memiliki alasan dan dia mengutarakannya. Hatta adalah orang yang kaku dan teguh pada pendirian. Setiap pilihan dalam hidupnya sudah dipertimbangkan dengan matang dan rigid.

 Ketiga, Biografi Muhammad Hatta membawa nilai-nilai keislaman. Pengaruh dari latar belakangnya yang berasal dari Minangkabau dan pendidikan keislaman sejak dia kecil. Buku ini wajib anda miliki dan anda baca!

Senin, 19 Desember 2016

PTKP CABANG BULAKSUMUR

Saya diamanahkan sebagai ketua bidang PTKP Cabang Bulasumur di periode yang baru ini.

aku menginisasi forum ishlah (perbaikan) yang dilaksakan tadi pukul 20.15 sampai pukul 22.30WIB di sekre cabang. dihadiri oleh perwakilan setiap komisariat, ada dari Filsafat, FIB, Fisipol, Teknik, Agrokompleks dan Hukum. alhamdulillah forum berjalan lancar, sebagai mana yang aku harapkan. komunikasi berjalan lancar dan semua bisa menyampaikan unek-uneknya. satu persatu perwakilan komisariat menyampaikan tanggapan dan usulannya kepada PTKP Cabang Bulaksumur.

forum ini aku adakan untuk merespon perkembangan politik di internal kampus cabang Bulaksumur. melihat dampak dari gagalnya forum di cabang bulaksumur kemarin yang gagal menyatukan aspirasi dan keinginan dari komisariat.

dimulai dari retas yang menerima tawaran dari saudara Alfath sebagai mentri kordinator politik pergerakan kabinet terpilih. kemudian retas mengajak narto sebagai mentri advokasi mahasiswa dan fajrul falakh sebagai mentri kolaborasi mahasiswa.

retas kemudian menyampaikan alasan dibalik kegagalan pencalonannya dan permintaan maafnya kepada perwakilan komsat. semua akhirnya bisa memahami.

initinya kami ingin membangun kembali komunikasi yang sempat terputus.

yang paling penting disini aku mencoba untuk mengerti kondisi kebatinan para punggawa komisariat. karena kalau low politics ini beres kita akan bergerak ke langkah yang lebih maju.

ini bukan menjaadi forum yang pertama dan terakhir.

Jumat, 02 Desember 2016

212

411 dan 212

Untuk aksi bela islam ke-3 ini aku ga bisa ikut ke Jakarta. Sebenernya ga ingin banget juga disampaing karena sedang banyak kerjaan di Jogja. Tapi menarik sekali membayangkan perasaan dan luapan emosi berada di dalam barisan jutaan orang yang terpanggil hatinya untuk membela Qur'an. Ya tentu saja akan hadir orang dengan motif-motif lain tapi hati siapa yang tau kecuali dirinya dan Allah SWT.

Pada awalnya aku memang kurang sepakat dengan ide bela islam, terlebih dari substansi tuntutan yang diangkat yang menurutku sangat jauh dari yang seharusnya. Oke kita membela islam dan menuntut sang penista Agama karena menghina ulama dan Al-qur'an (surat Al-maidah ayat 51). Dalam kasus penistaan agama ini posisi saya menyepakati kalau Ahok menista ulama. Walaupun aku sangat paham siapa sebenarnya yang dimaksud oleh Ahok melalui pernyataannya, dan aku yakin beliau tidak bermaksud kesitu tapi "kepleset".

 Jadi dalam posisi ini Ahok benar telah menista Ulama dan Al-Qur'an menurutku, dengan perkataanya "jangan mau dibohongi pakai surat Al-Maidah ayat 51". Namun karena aku orangnya pemaaf, aku sebenernya tidak ingin kasus ini menjadi berlarut-larut. namun karena sudah dilaporkan oleh MUI atas tuduhan penistaan agama posisiku secara hukum silahkan Ahok di proses secara hukum dengan seadil-adilnya. Salah katakan salah dan benar katakan benar.

Ada beberapa kasus yang akibat kepleset lidahnya dalam suatu proses kandidasi politik bisa kalah dan itu terbukti, ya ini sudah takdir dari Allah SWT.

Aksi yang terjadi bahkan hingga sampai yang ketiga ini kan karena proses hukum yang lama sekali terhadap Ahok. Hingga akhirnya ummat marah dan memberikan tekanan politik ke kepolisian. dari mulai bela islam 1 sampai besok yang ke-3.

aku sendiri turun aksi pada tangga 11 November 2016, atau terkenal dengan sebutan '411'. wah memang feelnya ketika di lapangan beda banget, rasanya bersemangat dan takjub aja berada di dalam kerumunan orang-orang berbaju putih dan dalam satu keimanan. 

waktu itu aku sholat Jum'at di masjid Ceut Meutia, Cikini, itu jama'ahnya saja sudah meluber sampai jalan paling ujung dari masjid. aku waktu itu alhamdulillah masih bisa sholat di rumput waluapun celana jadi agak basah. disana aku bareng sama Raihan anak Ilpol UI, HMI MPO. jadi aku ikut rombongan HMI MPO dari UI yang cuman berlima dan mulai jalan masuk ke barisan massa aksi.

Sempet ketemu mas budiyanto juga, manager beasiswa aktivis nusantara sama mas dimas supervisor BA. waduh lumayanlah bisa ketemu mereka, karena mereka tau aku dari Jogja aku jadi bisa menunjukkan kalau aksi ini bisa mengumpulkan kita semua yang berjauhan.

Akhirnya aku ikut di dalamnya, aku melihat orang-orang yang menonton aksi kita di atas gedung di jendela-jendela gedung yang tinggi, di kereta api anak-anak melambaikan tangan, waah meriah sekali. Aku melihat anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, semua berkumpul, jalan isinya manusia semua dari ujung sampai ujung.

menjelang ashar aku merengsek ke depan, ternyata di depan sudah ada segerombolan barisan massa HMI sekitar 200an orang, ini berbeda sama massa HMI MPO yang sangat sedikit hanya belasan di bagian belakang. ternyata massa HMI sudah dari siang berada di posisi paling depan, vis a vis langsung sama barikade kepolisian. aku sempet selfie di depan tameng polisi. di titik selfie itulah pecah pertama kali kerusuhan satu jam setelahnya

Aku mendegarkan orasi, dan berpindah tempat ke posisi lebih tinggi untuk bisa melihat secara jelas posisi massa. Alhamdulillah belakangan ku syukuri perpindahan tempat membuatku selamat dari titik kerusuhan yang pertama walaupun sempet menyesal juga karena seharusnya bisa kucegah. ya aku ada di titik kerusuhan itu pecah, aku liat sendiri bagaimana kerusuhan itu dimulai pertama kali, kalau orang banyak menyalahkan HMI, jawabanku tegas, memang HMI oknum kerusuhannya.

videonya jelas bisa dilihat disini

https://youtu.be/NKxAgwWH0K0

Aku berada disana sampai pukul 22.00 WIB ketika semua sudah mereda, aku menyaksikan keadaan yang sungguh-sungguh kacau. yah begitulah yang namanya kalau sudah kerusuhan. semua serba tidak terkendali. memang penyebabnya bukan hanya HMI, tapi ada banyak faktor-faktor pendukung lain. salah satunya waktu yang sudah melebihi batasnya.

sepertinya dalam aksi 212 kali ini, GNPF-MUI sudah banyak melakukan evaluasi, syukurlah. tidak ada yang berharap terjadinya kerusuhan.

Aku berharap aksi hari ini 2 desember 2016 bisa berjalan damai dan lancar,

hari ini akan menjadi catatan sejarah bagi perjalanan bangsa Indonesia dan semoga Allah mencatatnya sebagai amal kebaikan untuk kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.







Selasa, 15 November 2016

PEMATERI LK 1

PEMATERI LK 1

Mengisi Materi NDP di LK 1 Komsat Teknik Sabtu 29 Oktober 2016 di Wisma Sembada Kaliurang


Akhir-akhir ini aku banyak diminta menjadi pemateri di diskusi Komsat Lingkup Cabang Bulaksumur. Bukan cuman diskusi bahkan sudah menjadi pemateri LK 1. Sebelumnya dimulai dari Komsat Fisipol di era ku. Kemudian sejak aku selesai mengikuti SC aku sudah mulai memberanikan diri mengisi materi LK 1.

Senior Course adalah salah satu yang paling berpengaruh dalam hidupku yang membuatku berani mengisi LK1. Dari hasil-hasil SC itulah lambat laun LK 1 setiap Komsat di lingkup Cabang Bulasumur mulai diisi oleh generasi-generasi muda.

Bayangkan, sebelumnya pemateri setiap LK 1 selalu dicari dari senior-senior yang sudah jauh dari angkatan kita, akibatnya tidak terjadi regenerasi Master of Training. Master Of Training sendir sebutan bagi pemateri LK1.

Di zaman kepemimpinan mas Irfan di Cabang Bulaksumur diadakanlah Senior Course setelah 10 tahun tidak pernah ada!. Bayangkan sudah 10 tahun tidak pernah ada proses pengkaderan trainer-trainer baru.

Bahkan NDP (nilai-nilai Dasar perjuangan). Suatu materi LK yang dianggap paling sakral sudah mulai digantikan oleh ekamara (JPP 2011) sebelumnya untuk materi ini selalu diisi oleh senior angkatan 1997 kanda Rio Winanda Tanjung, bahkan menurut pemberitahuan senior, bang Rio sudah mengisi NDP sejak tahun 2007 hingga 2015. Betapa mandeknya kaderisasi NDP kita. Tidak hanya Ekamara, bahkan saya sendiri, Yusuf dengan bimbingan dari kanda Roseno sudah berhasil mengisi Materi NDP. tidak hanya BAB 1 bahkan hingga BAB 8 plus sejarahnya.

Aku sendiri pernah mengisi Materi Penganter NDP di LK 1 Komsat Hukum dan Materi NDP di LK 1 Komsat Teknik tahun 2016 ini.

Kedepannya saya memandang ada harapan besar dari kaderisasi MOT di Cabang Bulaksumur dan trend positif ini harus kita teruskan. Salah satunya dengan mengagendakan kembali Senior Course untuk kader-kader selanjutnya.


Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Sample Text

Pages

Mengenai Saya

Foto saya
jogjakarta, DIY, Indonesia
Mahasiswa Politik dan pemerintahan , Fisipol, UGM

Pengikut